MOTIVASI


MENGHARGAI DIRI

Suatu ketika ada seorang perempuan muda, sebut saja Nidar, datang untuk berkonsultasi kepada saya. Ia merasa ada sebuah penghalang besar yang menghalangi dirinya, sehingga ia tidak bisa meraih sukses atau pekerjaan yang layak bagi dirinya.
Akhirnya setelah melakukan beberapa interview, saya pun melakukan proses hypnotherapy kepada dirinya. Saya membawanya ke kondisi profound somnambulism, dan kemudian melacak problem sesungguhnya yang di alami oleh Nidar.

Ternyata ia merasa dirinya tidak cantik, tidak tinggi, dan tidak langsing. Padahal dalam pekerjaan yang pernah ia geluti sebelumnya, ia berharap seperti demikian. Padahal menurut saya, Nidar ini adalah perempuan yang cantik, tinggi, dan cukup langsing. Tapi ia tidak merasa demikian. Ia menghakimi dirinya sendiri. Nidar ini pada dasarnya merasa disepelekan dan tidak dihargai, dan ketiga kategori di atas adalah parameter ia merasa dihargai.

Akhirnya setelah melewati proses terapi selama satu setengah jam, akhirnya ia kembali menghargai dirinya sendiri. Setelah terapi, ia merasa badannya terasa sangat ringan, seperti ada sebuah beban yang tiba-tiba hilang dari dirinya. Ia merasa sangat plong, dan ia merasa seperti ingin terbang dan begitu bahagia.

Begitu banyak orang yang mencoba menyangkal dan tidak mengakui shadow mereka dengan melakukan yang sebaliknya dan berusaha untuk menutupinya. Bahkan yang lebih parah lagi adalah menjadi pembenci orang lain atas sikap mereka, dimana sikap tersebut adalah shadow-nya sendiri. Steven, seorang konsultan bisnis sukses tapi gagal dalam membangun hubungan cinta pernah bercerita bahwa ia begitu membenci salah seorang yang ia temui. Steven menganggap orang tersebut pengecut dan Steven sangat membenci orang yang pengecut.

Setelah ia menyelami dirinya sendiri, ia mendapati dirinya sendiri bahwa saat ia berusia lima tahun, ayahnya mengajaknya masuk ke sirkus kuda. Steven belum pernah melihat kuda sungguhan, dan hal itu membuatnya menjadi takut. Ketika Steven mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tidak ingin masuk ke sirkus kuda karena takut, ayahnya memarahinya, “Akan jadi laki-laki seperti apa kamu ini? Dasar bocah penakut, kamu mempermalukan keluarga kita.” Steven pun dihukum. Dan sejak saat itu ia memutuskan untuk tidak lagi bersikap seperti penakut. Ia menghabiskan hidupnya untuk membuat ayahnya bangga. Ia meraih sabuk hitam karate, bermain futbol semasa kuliah, ikut angkat besi. Dan semua ini dilakukannya untuk sekedar membuktikan bahwa ia bukan banci.
Ia berhasil membuktikan bahwa dirinya bukan pengecut kepada ayahnya, dengan berusaha membuktikan dirinya; tapi ternyata kenyataan tersebut masih menghantui dirinya. Ia berusaha menolaknya dengan ikut membenci orang-orang yang pengecut. Dan sebagai bukti bahwa ia tidak menerima dirinya adalah bahwa ketika ia mencoba menjalin hubungan dengan perempuan, ternyata sikapnya menjadi penakut. Ia takut kepada perempuan, takut berkomunikasi secara jujur, dan hal ini mengakibatkan banyak masalah dalam kehidupan pribadinya.
Banyak orang membenci orang kaya, membenci orang lain bisa sukses, membenci keberhasilan orang lain, dan semua kebencian itu selalu dengan alasan yang nampak rasional. Sikap seperti ini mungkin saja karena orang-orang tersebut juga membenci dirinya sendiri dan membenci kekayaan, kesuksesan, dan keberhasilan.
Bahkan ada yang mencoba meraih suskes karena ingin membuktikan kepada keluarga, teman, dan orang lain bahwa dirinya bisa dan apa yang mereka ungkapkan itu tidak benar. Di satu sisi ini merupakan motivasi dan tidak jarang ada yang betul-betul sukses dan berhasil membuktikan dirinya. Tetapi, apakah kita ini sadar bahwa kehidupan itu bukan hanya sekedar menutupi kebencian dan berusaha membuktikan sesuatu, tetapi lebih kepada meraih kebahagiaan dan kesempurnaan yang hakiki menuju kepada Sang Sumber Cahaya.